Jangan Self Diagnosis
Campus Marketeers Club

Jangan Self Diagnosis

Mencari tahu apa yang terjadi dalam diri sendiri itu bagus. Namun, jangan membuat asumsi dan bahkan menyebarkannya sebelum bertemu psikolog.

OlehDyandramitha Alessandrina

Akhir-akhir ini, muncul fenomena di antara para pengguna media sosial, khususnya Gen Z, yang membagikan perasaan dan kondisi mental mereka secara terangterangan. Dengan kata lain, membagikan self diagnosis menjadi lumrah belakangan ini. Bahkan, terdapat tes-tes survei yang menanyakan, “seberapa depresi Anda?” Lantas, apa sebenarnya fenomena ini dan bagaimana Gen Z menyikapi hal ini?

dra. Nana Padmo M.Si, Professional Life Coach mengungkap bahwa sekarang ini, banyak Gen Z yang mengalami burn out hingga depresi dalam urusan pekerjaan. Kebetulan, dalam banyak kasus, mereka seringkali melakukan self diagnosis. Apalagi, mereka sudah terpapar internet yang dapat membantu mereka mencari informasi.

“Sebenarnya, hal ini sangat bagus karena Gen Z ingin mencari tahu apa yang terjadi dengan mereka. Persoalannya, tidak semua penjelasan yang ada di internet itu mendalami persoalan orang secara pribadi. Informasi di internet biasanya merupakan deskripsi yang sudah digeneralisasikan,” kata Nana dalam acara Campus Marketeers Club bertajuk Combating Self-Di

0

MarketeersMAX

Anda harus berlangganan lebih dulu untuk mengakses semua konten premium ini. Apabila Anda sudah berlangganan, silakan klik tombol Login.