Jaga Resiliensi
Industri Manufaktur

Jaga Resiliensi

Industri manufaktur negara ini termasuk tangguh, bahkan dibandingkan dengan negaranegara maju. Namun, harus waspada dengan kenaikan harga bahan baku dan pasokan yang belum lancar.

 

OlehTri Kurnia Yunianto

Tantangan industri manufaktur Indonesia makin hari kian besar. Setelah didera pandemi COVID-19 dalam dua setengah tahun terakhir, kini sektor tersebut harus siap menghadapi ancaman dari ketidakpastian ekonomi global. Sejumlah lembaga internasional meramal ada badai resesi yang muncul karena inflasi tinggi, kenaikan suku bunga, hingga konflik RusiaUkraina yang berkepanjangan.

International Monetary Fund (IMF) sudah mengoreksi target pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 dari 2,9% menjadi 2,7%. Sementara, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) meramalkan lebih rendah, yang mana ekonomi global hanya tumbuh 2,2%.

Di tengah prospek ekonomi global yang suram, beberapa negara adidaya bahkan sudah divonis mengalami resesi. Amerika Serikat (AS), Cina, hingga kawasan Uni Eropa berpeluang besar menghadapi resesi dan dipastikan memengaruhi rantai pasok ekonomi di seluruh negara dunia.

Setelah melihat tantangan tersebut, industri manufaktur Indonesia dipastikan perlu berjibaku lebih keras. Pengaruh dari eksternal ini faktanya telah terlihat meski belum memuk

0

MarketeersMAX

Anda harus berlangganan lebih dulu untuk mengakses semua konten premium ini. Apabila Anda sudah berlangganan, silakan klik tombol Login.